KISAH ANGIN DARI IBLIS

kemaren itu angin besar, sampai suaranya ribut saya tarik ternyata yang membuat iblis dan jin, lalu saya tangkap semua iblis dan jin yang membuat angin, dan angin pun berhenti.
tadi pagi bangun tidur, angin besar lagi, lebih besar dari kemaren, sampai suaranya menderu deru, saya nyangka, paling juga dari iblis dan jin, karena kemaren saya tangkap semua, lantas dendam dan mengerahkan pasukan lebih banyak, untuk membuat angin lebih besar. 
saya tangkap berkali kali, bahkan saya gunakan ilmu menangkap mereka sebanyak banyaknya dalam satu genggaman, sekali tankap ada ratusan juta trilyun yang kena ketangkap, tapi angin tak juga reda, walau sudah saya tangkap berkali kali. dan sudah beribu ribu juta trilyun yang saya tangkap, tapi angin masih saja kencang.

saya coba sistim pakai dzikir,  baru beberapa x dzikir, rasulullah mengingatkan.
" di hadang pakai dzikir saja kyai, kalau di tangkap, mereka itu sangat banyak, nanti kyai yang kelelahan" kata beliau.
" kenapa iblis kok bisa menggerakkan angin ya rasulullah ?" tanyaku.
" mereka kan juga punya ilmu menggerakkan angin." jawab beliau.
" apa ini yang menggerakkan angin ada pimpinannya?" tanyaku.
" wah saya kurang tau soal itu kyai, ini angin kan bukan di tujukan menyerang kyai."
" lalu menyerang siapa?"
" ini di tujukan kepada orang orang yang mengambil pesugihan, mereka mau mengambil orang orang yang sudah punya perjanjian mereka."
" lalu kenapa pakai angin, kenapa tak di ambil ruh sukmanya saja?"
" kalau ruh sukmanya sepertinya sudah di ambil mereka." 
lalu kami bicara soal lain, soal tugas, dll, setelah selesai ngobrol dengan rasulullah, saya inisiatif menarik pimpinan iblis yang mempimpin membuat angin yang mengarah ke rumah saya.
ketarik pemimpinnya berbentuk raksasa berwujud seperti kingkong.
" kenapa membuat angin yang mengarah ke rumah saya?" tanyaku.
" saya tidak mengarah rumahmu, saya mengarah rumah di sebelahmu." jawabnya
" ya kenapa?"
" karena dia mau kami ambil, karena sudah punya perjanjian pesugihan dengan kami."
" ya kenapa tak di ambil saja, tak usah pakai angin segala."
" ruh sukmanya sudah kami ambil semua, dia mati juga akan ke tempat kami."
" maksudku kenapa tak di matikan saja, lalu di bawa ke alam kalian."
" tak bisa, dia baru saja menyerahkan tumbal dua orang ke kami, jadi tak bisa kami ambil sekarang."
" tapi kan kalian tinggal ambil saja.'"
" ya tak bisa, dia kan belum waktunya mati."
" memang ada aturan seperti itu?"
" ya karena dia barusan menyerahkan tumbal, jadi kami tak bisa membunuhnya, kalau dia sudah menyerahkan tumbal, ya kewajiban kami mrmberi."
" memberi apa?"
" memberi uang lah"
" ya tapi jangan di beri angin gini, rumah saya kan jadi kena angin." 
" apa kamu mau?"
" mau apa?"
" uang"
" untuk apa?"
" ya agar kaya"
" apa menurutmu aku ini belum kaya, saya ini kan sanghyang nur cahyaning nirwana, saya pewaris kekayaanny nabi sulaiman, menurutku kaya mana, saya dengan iblis?"
 dia diam saja
" coba jawab jujur, kaya mana aku dengan semua iblis?"
" tak taulah" jawabnya.
" sudah ini anginnya jangan di arahkan ke rumahku, "
" ya kami juga tak mengarahkan ke rumahmu, kami mengarahkan ke rumah sebelah" 
" gini saja, kamu ajak anak buahmu pergi, soal mengambil ruh sukma, nanti saya kalau sudah waktunya, daripada kalian saya tangkap, kan lebih baik tak ketangkap."
" kami sebenarnya juga hanya menjalankan tugas dari raja iblis, "
" laiya, mbokyao anginnya jangan mengenai rumah saya."
" bagaimana caranya?"
" kan bisa kalian benteng, berbaris, agar angin tak kena rumah saya, saya kan kalau tak terganggu tak akan mengrecoki soal urusan kalian dengan orang yang punya perjanjian dengan kalian."
" ya kami tau, sebenarnya kami juga tau soal siapa panjenengan, dan kami tak ingin mengganggu, karena kami tau akibatnya, tapi kami juga di tugaskan membuat angin menyerang rumah orang yang sudah punya perjanjian dengan kami"
" ya itu, apa kalian pergi dulu, nunggu saatnya mengambil orang yang punya perjanjian, atau kalian berbaris, bentengi rumahku ini jangan sampai kena angin."
" ya ya baik, maafkan kami karena sudah menggaggu mengani rumah panjenengan dengan angin."
" ya sudah sana pergi, aku tak mau tau bagaimana caranya, rumah saya tak kena angin dari kalian." 
lalu dia menyembah hormat dan pergi.

dan aneh, seketika angin berhenti. walau masih ada, sama sekali tak kena rumah. 

Popular posts from this blog

KISAH YANG ANEH

BIDADARI DARI JAMAN SYAIDINA HUSAIN